Mengenai Saya

Foto saya
KABUPATEN TEGAL, JAWA TENGAH, Indonesia
WADAH GENERASI MUDA MERAIH PRESTASI OLAH RAGA CABANG SENI BELADIRI DAN MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA SENDIRI

Selasa, 17 April 2012

APA ITU PENCAK SILAT


Apa itu Pencak Silat ?
Beberapa waktu lalu, seperti yang pernah di muat oleh satu wartawan Surat kabar Kompas bahwa PENCAK silat merupakan seni bela diri produk Melayu yang keberadaannya patut untuk di lestarikan. Ketua Persilat (Persekutuan Silat Antar Bangsa), Eddie M Nalapraya mengakui hal itu. Ditegaskan salah satu program utama dari IPSI (Ikatan Pencak silat Seluruh Indonesia) adalah terus menerus memasyarakatkan Pencak Silat agar tak lagi dianggap sebagai seni bela diri yang ketinggalan jaman.

 
Pencak Silat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, permain-an (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya. Silat diartikan sebagai olahraga (permainan) yang didasari ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. Bersilat adalah bermain (atau berkelahi) dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri. Sedangkan Pencak Silat bermakna, kepandaian bertarung dalam pertandingan (atau perkelahian) seni bela diri khas Indonesia.
Menurut President IPSI (Ikatan Pencak Silat Indoneisa) mendefinnisikan Pencak Silat sebagai ketrampilan dan ilmu tentang pola gerak bertenaga yang efektif, indah dan menyehatkan tubuh, yang di jiwai budi pekerti luhur berdasar ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta berujuan untuk membentuk ketahanan diri dan memupuk rasa tanggung jawab sosial. Dengan demikian pencak silat bukan ilmu atau keterampilan untuk berkelahi, melainkan suatu beladiri ?self defence? atau ?martial art?, merupakan suatu perpaduan yang luwes antar scien dan skill dalam bahasa Indonesia disebut kan bahwa pencak silat adalah Indonesia self defence art atau Indonesia martial art.
Dalam arti sesungguhnya, disepakati ada empat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat. Yaitu sarana pembinaan mental spiritual, bela diri, olahraga, dan seni yang tidak dapat di pisahkan. Seperti tercermin dalam lambang trisula, di mana ketiga ujungnya mencerminkan unsur seni, bela diri dan olahraga, sementara gagangnya diyakini melambangkan pembinaan mental spiritual.
Sebagai seni, Pencak Silat merupakan wujud perilaku budaya suatu kelompok, yang di dalamnya terkandung unsur adat, tradisi, hingga filsafat. Hal itu menjadi penyebab perbedaan gerakan silat antara suatu daerah dengan daerah lainnya di Tanah Air ini. Demikian pula dengan jenis musik yang mengiringi gerakan-gerakan silat yang seperti tarian lemah gemulai tersebut.
Sebagai olahraga, dalam perkembangannya Pencak Silat melangkah menjadi suatu jenis ‘gerak-badan’, senam atau jurus yang dapat dipertandingkan. Perkembangannya kian pesat, setelah disepakatinya suatu aturan pertandingan olahraga pencak silat, seperti kelas peserta, luas arena, dewan pendekar, dewan hakim, ketua pertandingan, dewan wasit dan juri, lamanya pertandingan setiap babaknya, seragam pertandingan dan sebagainya.
Sebagai bela diri, pencak silat memang tumbuh berawal dari naluri manusia untuk melakukan pembelaan terhadap serangan fisik yang menghampirinya. Seseorang yang menguasai Pencak Silat (pendekar) diharapkan mampu melindungi diri dari setiap serangan, atau bahkan bisa mendahului menyerang untuk menghindari ‘kerusakan’ yang lebih besar.
Seorang pendekar mampu mengembangkan daya tempurnya, sehingga dalam tempo singkat berhasil memenangkan pertarungan. Berarti, dia harus memiliki kemampuan mengatur siasat/strategi bertempur (bahasa Jawa, gelar), baik saat satu lawan satu, atau dikeroyok beberapa orang
Sebagai pembinaan mental spiritual atau olah batin, lebih banyak ditujukan untuk membentuk sikap dan watak kepribadian. Faktor ajaran agama yang menyertai latihan pencak silat, biasanya berperan besar untuk mengembangkan fungsi ini.
Sulit ditunjukkan secara eksplisit produk dari pembinaan mental spiritual tersebut, namun banyak aktivitas lain yang dihasilkan seperti, penyembuhan spiritual, serta demonstrasi tenaga dalam, yang merupakan wujud dari keberhasilan latihan olah batin. Disamping itu Sebagai seni budaya Bangsa yang berlandaskan Pancasila, Pencak Silat harus berlandaskan kepercayaan terhadap ?ke-Esaan Sang Pencipta.
Secara kasat mata memang masih ada perbedaan, yakni di pencak silat didominasi gerakan mirip tarian, sementara pada bela diri yang lain dominan dengan gerakan keras sejak awal hingga selesai. Hal itu masih ditambah teriakan keras (di karate disebut kiai), yang di pencak silat tak begitu akrab dilakukan.
Secara ringkas ada tiga prinsip teknis olahraga Pencak Silat, yakni teknik sambut serangan, penerapan teknik tinggi untuk meraih nilai penuh, serta selalu menggunakan kaidah-kaidah silat. Teknik dan taktik sambut serangan, yakni tindakan saat menerima serangan lawan, dengan menangkis, menghindar, mengelak dan kemudian membalas menyerang.
Dalam setiap gerakan Pencak Silat (sebagai olahraga), unsur-unsur seni dan bela diri tentu harus tercermin. Sedangkan aspek pembinaan mental spiritual sudah terimplementasi di dalamnya. Misalnya, walau tak ada peraturan tertulis, namun seorang pesilat dilarang menyerang lawan yang sedang mengembangkan kaidah-kaidah perguruannya.
Pengembangan Intrakurikuler melalui Muatan Lokal
Sebenarnya, ada banyak hal yang menjerat sekolah bisa dikritisi sebagai lembaga yang kurang kritis dalam pengembangan kompetensi siswa. Terutama, ketika sekolah lebih cenderung melihat satu aspek lebih dominan daripada aspek lain termasuk di dalamnya pengembangan kesenian.
Apalagi dengan beraninya beberapa guru menyimpulkan bahwa kesenian telah dipinggirkan -sebuah bentuk marginalisasi yang kontraproduktif pengembangan nilai lokal. Tapi, betapa bangganya sekolah-sekolah telah menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap pengembangan nilai lokal, padahal sikapnya kurang memiliki komitmen dalam pengembangan nilai lokal dalam wujud karya estetis.
Benar, sekolah-sekolah di Bali dalam pengembangan muatan lokal memberi wadah dalam lomba mengarang, melukis, ketrampilan lokal, dll. Mungkin hal nya serupa dengan di Bali setidaknya Pencak Silat dapat pula di kembangkan melalui kurikulum tersebut pada system pendidikan kita.
Jika memang hal itu terlalu resmi dan muluk ? muluk bias saja sebelumnya ada semacam masa penyeleksian terlebih dahulu sebelum pencak silat itu menapat posisi yang strategis di sekolah seperti melalui beberapa tahap yakni;
Tahap Pra-formal; Dilakukan semacam uji coba kedalam pencak silat yang belum memenuhi standar teknis yaitu belum dapat memiliki sumber-sumber pendidikan (misalnya guru, prasarana, sarana pendidikan, dsb.) yang memadai untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.
Untuk dapat mulai dikembangkan kemampuannya, melaui satuan-satuan pendidkan ini perlu dilengkapi fasilitas minimal ada pengenalan terlebih dahulu di lingkungan sekolah, yang mungkin saja melalui kalangan dewasa atau jajaran para guru dapat dinaikkan tahap berikutnya, yaitu Tahap Formalitas.
Tahap Formalitas; Setelah melewati taham sebelunya di harapkan mereka sudah memiliki sumber-sumber pendidikan yang telah melakukan pengujian agar bias memberikan gambaran pentingnya olahraga pencak silat ini meski masih secara minimal. Dengan begitu Satuan-satuan pendidikan ini sudah mencapai standar teknis secara minimal, seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru yang telah mengenal Silat, kualifikasi penyediaan sarana latihan, dan kualifikasi system yang akan di terapkan secara terpadu pada lingkungan Sekolah.
Terhadap satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai standar minimal teknis ini, capacity building dilakukan melalui peningkatan kemampuan administratur (seperti kepala Sekolah) dan pelaksana pendidikan (seperti guru-guru, instruktur, tutor, dsb.) agar dapat melaksanakan pengelolaan pendidikan Pencak Silat di sekolah secara efisien serta dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Jika pengembangan kemampuan ini sudah berhasil dilakukan, maka satuan-satuan pendidikan ini dapat ditingkatkan tahap perkembangannya berikutnya, yaitu Tahap Transisional- dan Pengembangan.
Menciptakan Generasi Muda Yang Berprestasi
Daya pikir, kreativitas dan inovasi manusia akan terbatas manakala fisik manusia berada pada kondisi sakit. Manusia tidak akan banyak berbuat apa-apa dan tidak akan mampu membangun apa pun tanpa didukung kesehatan fisik yang prima. Saat ini pemerintah daerah masih melihat olah raga hanya bagian dari aktivitas masyarakat sehari-hari yang kurang mendapat sentuhan, sedangkan rumah sakit dibangun di sana-sini untuk mengobati yang sakit.
Padahal, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pembinaan olah raga prestasi juga terkadang hanya sibuk manakala menghadapi event Porda, PON saja, pembinaan yang serius tidak ditampakkan oleh pemerintah daerah. Belum lagi, penghargaan terhadap atlet berprestasi dan sudah mengharumkan Kabupatenpun masih terbatas dan sesaat.
Untuk mendorong terciptanya masyarakat maju dan mandiri, agar mampu menjadi subjek pembangunan dalam kerangka otonomi daerah dan isu globalisasi, perlu terus dilakukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu bentuk usaha peningkatan kualitas manusia tersebut bisa dilakukan melalui pemberdayaan generasi muda dan olah raga.
Usaha pemberdayaan generasi muda, meliputi pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor penggerak pembangunan dan sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang untuk berperan serta dalam pembangunan.
Usaha dalam bidang pelestarian olah raga seperti Pencak Silat prestasi, meliputi pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat, pembinaan dan pemasyarakatan olah raga tersebut dan peningkatan sarana dan prasarana olah raganya.
Tujuan pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat prestasi, adalah untuk mengembangkan dan menyelaraskan berbagai kebijakan pembangunan olah raga, serta memperkuat kelembagaan olah raga pencak silat dan Tujuan pembinaan dan pemasyarakatan olah raga pencak silat prestasi adalah untuk meningkatkan budaya olah raga, kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan anak didik mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi.
Selain itu, untuk mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olah raga Pencak Silat sebagai kebutuhan hidup, meningkatkan kegiatan olah raga termasuk olah raga masyarakat dan olah raga tradisional, meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olah raga Pencak Silat sejak dini usia, serta mendukung upaya pencapaian prestasi olah raga.
Sedangkan tujuan peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pencak Silat adalah untuk menyediakan, mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olah raga pencak silat untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olah raga, serta pencapaian prestasi olah raga Pencak Silat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar